Jumat, 12 Maret 2010

ta elah, seceng doang..


Dengan payung pink-ku, kulangkahkan kaki menuju pos satpam. Hujan yang mengguyur lapangan futsal kali ini membuat permainan segera dihentikan - gerimisbar. Layaknya sepasang kutub yang bertolak belakang, aku memilih menjauhi kerumunan teman-temanku yang sedang berteduh di sisi gedung - karena ada kutub negatifku disana, dan mendekati dua orang satpam yang bertugas sore itu.

Sebagian kecil penghuni kampus sore itu memilih mengendarai motornya keluar dari areal parkir untuk menembus hujan, sebagian besar menunggunya dan berharap hujan segera reda.

Sambil asik menghisap rokoknya, mereka melakukan aktifitasnya - menerima kartu parkir, mencocokkan STNK dengan plat, serta mencoret-coret tabel catatan nomor kendaraan. Terus berlangsung dan terlihat menjemukan. Namun kurasa ada yang janggal dalam pandanganku saat itu..

"Parkir sekarang gratis ya pak?" tanya ku saat itu

"Bayar parkir itu keikhlasan, qi" jawab salah satu dari mereka. "Boro boro dapet seribu satu motor, dapet senyum sama sapaan aja udah syukur" lanjutnya lagi sambil menghisap dalam-dalam rokoknya.

---

Kuraba kantong jaket dan celanaku, ku buka dompet dan dompet receh ku, berharap mendapat selembar uang seribu dari tempat-tempat itu. Tidak ada. Wajahku berubah ceria saat kulihat seorang temanku turun dari ruang kuliah kami.

"Mas, minta seribu donk, aku ngga punya receh nih" ujarku sambil tersenyum manis

"Wah qi, aku juga ngga punya. Memang untuk apa?" jawab sekaligus tanyanya padaku

Sambil terus berjalan disebelahnya, karena tujuan kita kebetulan sama "untuk bayar parkir, mas" jawabku

"wah aku aja ngga pernah bayar, lha kan mereka sudah dibayar fakultas untuk tugasnya itu" jawabnya dengan entengnya

---

Dua kejadian itu membuat aku tercenung dan terdiam sesaat.

Betul.. seorang satpam sudah mendapatkan gaji dari pihak yang mempekerjakannya untuk mengamankan aset perusahaan. Namun menurutku, mereka tidak digaji untuk mengamankan aset pribadi. Sedangkan motor bukan merupakan aset perusahaan tersebut.

Apa salahnya sih menyisihkan Rp.1000 untuk jasa mengawasi aset pribadi kita, sementara disaat yang sama kita dapat tenang beraktivitas?
Disaat lain kita mungkin terpaksa mengeluarkan Rp.1000 untuk seorang pengamen yang berwajah sangar dan bersuara sumbang, karena ketakutan diganggu di sebuah bis kota.

Apa salahnya sih mengucap terima kasih atau sekedar tersenyum saat kita melintasi pos satpam, dengan aset pribadi kita itu?
Toh dengan senyum kita langsung mendapat pahala tanpa kerja keras.


Ah.. aku teringat 12 paweling almarhum buyutku

"9. sumeh nglahirake kasenenganing prasadulur; 10. gemi ngati-ati ngetokake duwit, asal ora jeneng medit"

kira-kira terjemahan bebasnya adalah : 9. jadi orang yang ramah ; 10. hati-hati mengeluarkan uang, tetapi jangan pelit

Ah.. aku kangen si-mbah

1 komentar: