Selasa, 27 April 2010

My first day at 27

"Gais.. Kalo besok ga da acra, dtg kermh jam 11 ye. Jgn lupa bw bju ganti, bju renang dan jaket ^^"

Begitulah tulisan yang tertera pada inbox hp ku. Tanpa ide sedikitpun untuk membalas sms seorang temanku ini, kusakukan kembali HP ku. "Nanti saja" pikirku.

".. .. Dia mau berbagi aja, ga semuanya perlu alasan q " itu ujar seorang teman, saat aku bertanya mengenai undangan tersebut

***

"anjrit.. geblek.. tanjakan maut..". "gila ini lebih dari 50 derajat, kok bisa-bisanya dibangun bangunan, kan tanah kritis". "bentar q, gw ngatur nafas dulu, deg degan jantung gw, lemes kaki gw ngelewatin tanjakan tadi"

Itulah kata-kata yang kami ucapkan sesaat mobil yang kutumpangi terparkir dengan sempurna di sebuah parkiran sebuah komplek penginapan. Yups, ditengah kepenatan akan dateline tesis, work plan sebuah pekerjaan, kerangka sample sebuah penelitian hibah, dan lembaran ujian yang harus dikoreksi, aku memutuskan untuk memenuhi undangan yang ditujukan padaku.

***

Tempatnya memang indah. Bagunan yang kami tempati memliliki pemandangan kota kecil di malam hari dengan siluet gelap salah satu gugus pegunungan Gede Pangrango. Aku sangat mencintai malam, aku suka udaranya, aku suka gelapnya, aku suka harumnya, aku suka suaranya. Dengan tambahan pemandangan alam dan bulan hampir penuh, malam itu menakjubkan.

Lambat laun celoteh teman-temanku, mengeras, melengkapi suasana malam itu. Ditemani beberapa teman yang asik dengan rokoknya, menghalau dingin dengan pasmina, sarung, atau jaketnya, menghangatkan perut dengan sop iga dan sate kambing, melatih kekuatan gigi dan pencernaannya dengan Kriuuk, atau sekedar meneguk aqua gelas, humor ringan, gosip itu ini, cerita nostalgia, atau beberapa curhat colongan menghiasi pembicaraan malam itu.

Mereka teman-temanku.. dunia baru untukku.. Dimulai dari keinginan membantu "pandawa lima" aku mendapatkan mereka satu paket. Ini kelompok terbanyakku saat ini, bahkan dalam sejarah hidupku. Pernah aku sekedar ingin mentraktir berbuka puasa di sebuah warung bakso di tepi Margonda, ternyata jumlah mereka melebihi 10 orang. Pernah juga aku membantu meng-arrange sebuah acara berlibur ke Anyer, ternyata mobil yang harus digunakan lebih dari tiga. "Banyak banget" pikirku saat itu.

Dari mereka aku banyak belajar. Disaat yang sama, aku banyak terdiam dan merenung. Menurutku mereka seperti mozaik ubin pecah di lantai rumah seorang temanku, warna-warni, berbagai bentuk dan ukuran, mungkin berantakan dan tidak sempurna. Namun, jika kamu melihatnya dari jarak tertentu, maka akan terlihat indah dan bermakna.

***

Lagu selamat ulang tahun yang tidak sempurna, jabat tangan, sentuhan di pundak, pelukan, atau ciuman penambah semangat, bungkus kado yang susah dibuka, perasaan yang aneh dari perutku, hingga air dingin kolam renang yang menembus masuk, serta doa yang terucap atau hanya terpikirkan untuk diucapkan, menemaniku mengawali 27 ku.

Sesaat aku berpikir, ini cuma khayalanku. Hingga ku kerjapkan mataku, ternyata mereka memang nyata. Malam itu, tempat itu, celotehan-celotehan itu, semuanya nyata. Dan aku mungkin cuma sepotong ubin dengan warna aneh, tapi dengan mereka di sekitarku akupun terlihat indah.

***

Happy Birthday Q.. be a good girl

Kata terima kasih, tak pernah kurasa cukup untuk mereka