Selasa, 07 September 2010

ilusi ku


Malam ini tanpa bulan,
Langitpun gelap tanpa bintang
Teringat suatu masa, di serupa malam
Di kota para raja

Liar kau sapa aku
Tunjukkan hasrat ingin merengkuhku
Hilangkan ragu pada diriku
Kembalikan aku tuk terbang dan menari

Ku rengkuh liar mu, Ku reguk hasrat mu
Ku hayati lapisan mengejutkanmu
Menikmatimu merasuki sukmaku
Ku perhatikan, ku cumbu, dan ku rekam

Walau ku sadari, kau hanya ilusi
Ilusi indah, yang hampir nyata

Saat itu purnama kedua,
Ku harus hentikan ilusi tentang mu
Karena semakin erat ilusi itu menbekap ku
Semakin besar keinginanku memilikinya

Malam ini kembali ku sendiri,
Terpekur menatap langit gelap tanpa bintang bulan
Teringat ilusi di kota raja
Dengan mu dan sisi liar mu

11/05/2009

Rabu, 01 September 2010

Ikhlas (tanpa tapi)

"What is one big mistake that you made in your life and what did you do to make it right?" itulah sebuah pertanyaan yang diajukan oleh William Baldwin, seorang juri dalam perhelatan Miss Universe 2010, kepada kontestan asal Filipina.

Aku sejenak termenung setelah pertanyaan tersebut dilontarkan. Bukan karena jawaban yang dikemukakan oleh Maria Venus Raj, yang kemudian menjadi runner up ke empat ajang ini, melainkan karena penasaran dengan jawaban dalam hati kecilku.

"Pernahkah aku berbuat salah dalam hidupku?"

Ya, aku bukan seorang perempuan sempurna yang tidak pernah salah, kesalahan bukanlah hal baru untukku. Menurutku yang terpenting adalah, mengambil pelajaran dari setiap kesalahan yang telah ku perbuat. Tentu banyak hati yang telah aku kecewakan, dan yang terburuk adalah hatiku sendiri.

Saat aku kecewa dengan diriku, aku tidak pernah bisa bergerak. Langkah pertama dan yang tersulit adalah memaafkan diriku sendiri. Memaafkan adalah membebaskan tuntutan dari sebuah kesalahan. Memaafkan bukanlah melupakan, karena dengan melupakan aku tidak pernah bisa mengevaluasi kesalahanku.

"Setelah salah, apakah aku menyesal?"

Tentu saja aku menyesal. Seringkali penyesalan ini terbaur dan mempengaruhi uncapan maaf pada diri. Sering kali aku terjebak dalam labirin penyesalan-maaf, dan tersesat di dalamnya.

"Lalu apa yang bisa aku lakukan?"

Hanya belajar ikhlas dalam arti sebenarnyalah yang terus aku lakukan. Hingga saat ini aku belum lulus kelas Ikhlas. Ikhlas dalam arti sebenarnya, sesuai empat ayat dalam Al Quran Surat ke-112.

Katakanlah, "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah tempat meminta segala sesuatu, Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, Dan tidak ada sesuatu pun yang setara Dia."

Ikhlas menyerahkan semuanya kepada Allah, yang maha satu.