Kamis, 29 Juli 2010

Suatu Sore di Jakarta

"temanluarkota (xx/07/2010 10:35:33): Ayolah ketemuan"

"temanluarkota (xx/07/2010 10:38:12): Pngn ngbrl2"

Begitulah pesan singkat yang keluar dari salah satu window messenger-ku.

Menit-menit selanjutnya, aku asik berkirim pesan singkat pada temanku yang lain, untuk membuat janji-temu.

***

Jadilah kami, dua orang pria dan aku, memilih salah satu sudut toko donat di sebuat pusat perbelanjaan tengah kota Jakarta.

Dua orang temanku ini baru saja mengalami babak baru dari hidup mereka, seorang sedang memulai jalan baru menapaki karir barunya, lainnya baru saja lulus salah satu tahap kehidupan akademisnya.

Aku terhenyak di kursiku. Hampir sama dengan mereka, tahapan baru kehidupanku pun baru saja berganti. Layaknya seorang penonton yang disajikan sebuah pertunjukan musik jalanan, spontan. Tidak terduga ide-ide yang mereka cetuskan, saling melengkapi, saling berstrategi. Dan aku melihat satu yang pasti, rasa optimis untuk berkarya.

Hingga tiba satu masa.. "kalo elu gimana, Q? Lo mau ngapain lagi sekarang?"

Ahh, aku hanya tersenyum. Selintas potret khayalku tentang hidup masa depan ku, serasa bagaikan dongeng sebelum tidur. Hanya berada pada tataran ide dewa, belum praktis.

Ahh, aku iri dengan kedua temanku ini. Ide mereka terlalu sederhana, sehingga relatif lebih mudah diterapkan. Dan sepertinya aku harus terus menciptakan ide yang sangat sederhana untuk hidupku. :D

***

Sudut matahari semakin runcing. Sinar silaunya menembus sudut toko tempat kami berada. Jakarta emas di sore ini menemani kecamuk ide di masing-masing kepala kami. Hingga lampu pertokoan dinyalakan, tanda malam pun datang, kami saling berpamitan. Sedikit suntikan energi untuk ide-ide liar yang sederhana, cukup untuk motivasi hari esok. Berani bermimpi, berani mewujudkan, jangan jadi pengecut.