Rabu, 17 Februari 2010

Are U a Smoker?

Nope!

Itu jawaban yang selalu aku lontarkan. Terinspirasi dari seorang teman yang menjadikan "tidak pernah membeli album musik artis Indonesia" sebagai salah satu rekor hidupnya, "tidak pernah menghisap satu batang rokok pun" aku jadikan rekor hidupku.

Bukan, aku bukan orang bersih yang so' bergaya hidup sehat dengan tidak merokok. Hanya saja, pengalaman masa kecilku melahirkan trauma yang menakutkan untukku.

Pernah suatu ketika, sepulang sekolah, aku dengan Agung (sahabat kecilku) sedang berada di pohon jambu. Sebuah kebiasaan yang selalu kami lakukan sepulang sekolah, sekedar bercanda, bertukar gosip, atau melempari orang lewat dengan pentil jambu. Hari itu Agung membawa rokok jagung, yang ternyata ia curi dari persediaan kakeknya yang baru tiba dari Lampung. Dengan sombongnya, ia menyulut sebatang dan menghisapnya dengan gaya. Walaupun tentu, sedikit terbatuk-batuk. Tak mau kalah, aku rebut rokok jagung itu dan langsung menghisapnya. Jauh dari bayangan nikmat yang aku harapkan setiap kali melihat Bapakku menghisap rokok. Pangkal tenggorokannku terasa panas dan paru-paruku sesak dan perih. Bukan hanya terbatuk kecil, kalau saja saat itu aku tidak berpegangan mungkin tubuh SD ku sudah jatuh karena hilang keseimbangan.

Mulai saat itu kukatakan tidak apapun yang harus dibakar untuk dihisap, untuk rokok jagung, rokok kretek, bugs, sisha, atau bahkan rokok herbal yang konon katanya berfungsi sebagai jamu terapi kesehatan yang berfungsi melancarkan peredaran darah, membersihkan racun dalam tubuh terutama pada saluran pernapasan, tenggorokan, dan paru-paru.

(Foto : http://s.seebiz.eu/files/img/2008/11/11/cigarete.jpg/11/11/cigarete.jpg/11/11/cigarete.jpg)

Tapi bukan berarti aku tidak terkontaminasi asap rokok. Bapakku perokok, bahkan saat aku kecil pun beliau merokok di dalam rumah. Sahabat kecilku, Agung, dan beberapa teman SD ku juga perokok. Beranjak aku SMP, adikku didiagnosa oleh dokter sebagai penderita asma. Mulai saat itulah Bapak hanya merokok saat di luar rumah. Namun bukan berarti aku tidak lagi menghirup asap rokok. Beberapa teman SMP ku selalu mencuri waktu istirahat dengan merokok di pojok kantin. Karena salah satu warung murah berada di pojok kantin sekolah adalah langgananku untuk makan siang, jadilah aku bergabung bersama perokok-perokok cilik itu menghabiskan waktu istirahat kami.

Saat pengetahuannku semakin luas tentang apapun. Aku melihat kompleksitas yang ada dari sebatang rokok. Disaat pemerintah mengeluarkan larangan akan rokok, aku menyadari bahwa penerapannya pasti sulit. Hampir bisa dikatakan, tidak mungkin.

Tapi satu yang aku yakini.. Merokok adalah hak setiap orang. Sama dengan besarnya dengan hak orang lainnya untuk menghirup udara tanpa asap rokok. Oleh karena itu, hak tersebut akan diikuti oleh kewajiban yang terkandung konsekuensi di dalamnya.

Lain kali aku akan tulis tentang kompleskitas rokok deh, tentu dari sudut pandangku. :P

4 komentar:

  1. ngga nyangka yang mana?
    ahaha emang gw ngga pernah ngerokok.. sumpah..

    BalasHapus
  2. Setiap nemu rokok gua, pasti maunya dipatahin, gitu yaaa...

    BalasHapus
  3. ahaha.. tapi kan ngga pernah
    sebenernya pengen gw celupin ke es teh sih :P

    BalasHapus